Kamis, 21 Februari 2019
Otoritas Teks dalam Pandangan Jama'ah Tabligh
Teks merupakan bentuk sakral dari sebuah kitab. Teks menjadi peranan paling penting karena didalamnya memuat berbagai macam ajaran yang dapat diterapkan oleh manusia. Peran teks dalam praktik keagamaan tidak terbatas sebagai symbol keagamaan akan tetapi juga sebagai representasi dari otoritas yang menghubungkan dari komunitas muslim yang satu dengan yang lain.
Menurut Barbara Metcalf dalam penelitiannya terhadap jaringan Jamaah Tablighi yang berpusat dipakistan membuktikan bahwa terdapat signifikansi teks bagi komunitas JT dan komunitas muslim. Menurut Mercalf, hadis dan al-Qur’an yang tertuang di dalam nash berfungsi sebagai framework bagi kritik dan auto-kritik terhadap budaya yang kurang sesuai dengan tradisi Islam. Penyampaian teks dalam komunitas tersebut secara kontinyu di suatu komunitas berfungsi untuk menjawab semua persoalan yang ada di masyarakat yang menjadi objek dari teks. Teks mewakili pendapat pendapat tertentu dalam melahirkan suatu tradisi tertentu dan sekaligus bereaksi dalam tradisi yang lain. Teks sangat erat dan memiliki kekuatan dalam membentuk jati diri dari komunitas JT. Hal ini dengan berbagai karakterk JT yang digambarkan oleh Metcalf yaitu: (1) kitab-kitab berfungsi menegaskan jati diri komunitas JT dalam menolak modernisme dan mengajak takut kepada Allah. (2) menunjukkan komunitas JT yang selalu mencintai al-Qur’an serta aspek lain yang diperankan kutub dalam membentuk komunitas JT di kehidupan sehari-hari. Aspek tersebut dalam diambil kesimpulan bahwa komunitas muslim, pada ustadz, kyai selalu menyandarkan praktik beragama dengan teks tertentu dari nash baik dalam al-Qur’an maupun dalam hadis Nabi dan juga dalam kitab syarah.
Dengan penelitian terhadap komunitas JT tersebut dapat dijelaskan bahwa secara kultural, otoritas teks bukan semata-mata pada aspek dari teks itu sendiri melaikan juga pada adanya praktik yang didasari dengan motivasi akan ridha Allah swt. Di dalam teks selain memuat mind juga memuat practices sebagai bagian penting dalam membentuk kehidupan komunitas.
Untuk itu perlu adanya studi untuk menjembatani antara teks dan praktik keagamaan. Menurut Asad fungsi studi interdisipliner antara teks dengan studi sosial bertujuan untuk mendokumentasi adaptasi dan produksi budaya dimana suatu teks berperan penting bagi kehidupan sosial budaya suatu komunitas muslim. bahkan Barbara juga menambahkan bahwa cara memproduksi budaya yang dilakukan oleh Jamaah Tabligh dengan teks sebagai landasan utama bagi kehidupan mereka sebagai sebuah living. Bukan karena teks yang berfungsi membangun mind tetapi juga otoritas teks itu turut dibantu oleh peran-peran para religious leader dalam mengkondisikan suatu komunitas muslim.
secara lebih konstruktif, Barbara Metcalf menjelaskan fase-fase motivation dan mood yang menghubungkan teks dengan praktik sebagai berikut:
Pada setiap partisipan dari suatu komunitas muslim merasa terpanggil, merasa dekat kepada tradisi otentik. Teks ddigunakan ungkapan diksi, tertulis dan tersuarakan melalui aspek drama sehingga secara intrisik dapat mentautkan perasaan dan emosi.
Teks itu didalamn prakteknya telah membentuk set of mind dan set of conduct yang membentuk tidak saja kehidupan keseharian para partisipan tetapi juga membentuk konsep dari suatu komunitas muslim.
Ada proses pemilihan di dalam set of confuct yang dilakukan oleh masing-masing partisipan dalam membentuk konsep dan look dari dirinya di satu sisi dan pada sisi yang lain melakukan kompetisi budaya terhadap lingkungan sekitarnya dengan cara mempertautkan diri kepada keagungan masa lalu.
Dari seperangkat mode of conduct itu suatu komunitas muslim dapat mengidentifikasi kelompok sosial ke dalam kelompok grup mereka dan begitu pula sebaliknya, memberi batasan grup luar (out group identification).
Dengan demikian, status teks sangatlah tergantung kepada (dependent) pada ketepatan produksi di dalam praktiknya. Kedua (teks dan praktik) tidak pernah terhubung scara temporer tetapi bagi komunitas muslim, ia terhubung secara intrinsik. Keduanya saling memberi makna: teks memperlihatkan diri sebagai bentuk konseptual yang obyektif sedangkan praktik berperan menunjukkan realitas sosial dan psikologis. Konseptual objektif menunjukkan dirinya melalui realitas sosio-prikologis dan yang terakhir membentuk dirinya melalui model dari teks tersebut.
*Mahasiswi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga
Hayatun Thaibah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Meniadakan "Time and Space" dalam Keluarga Rakhmad
Dewasa ini banyak orang yang memiliki semangat dalam menjalankan ajaran agama. Terutama dalam keluarga Rakhmad yang benar-benar mengama...
-
PENDAHULUAN Hadis merupakan sumber kedua setelah al Qur’an. pada masa nabi hadis belum ditulis dan dibukukan secara resmi. ...
-
AKHLAK DAN TASAWUF HADIST SEBAGAI SUMBER AKHLAK DAN TASAWUF Dosen Pengampuh: Dr. Syaifannur, M. Ag. Oleh : Fina fatmah Isna...
-
A. Pendahu lu an Ilmu rijal hadis merupakan ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang perawi hadis. Ulama-ulama terd...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar