Kamis, 04 Oktober 2018

TAKHRIJ HADIS TENTANG WUDHU

PENDAHULUAN
Hadits adalah sumber kedua setelah al-Qur’an. Keberadaannya sangatlah diperlukan agar tidak ada kekeliruan dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an. Dalam hal ini, hadits berbeda dengan al-Qur’an yang semua ayatnya mutawatir, sedang hadits ada sebagian yang mutawatir dan ada juga sebagian yang ahad.[1]
Penulis akan mencoba mentakhrij sebuah hadits melalui metode takhrij menggunakan sebagian lafadz agar memudahkan mencari hadits yang diriwayatkan oleh perawi dalam kitab yang berbeda. Dan penulis juga akan mencoba meneliti jalur sanad. Apakah sanad itu tersambung atau tidak. Penulis akan meneliti perawi secara individual terkait data lengkap perawi yang di dalamnya berkaitan dengan nama lengkap, kunyah, tahun lahir dan wafat, murid-muridnya, guru-gurunya serta komentar ulama atas perawi tersebut. Pendalaman materi ini, penulis akan mentakhrij hadits yang dibukukan oleh Ibnu Majah.
        PEMBAHASAN

HADITS
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ سَلَمَةَ الْيَحْمِدِيُّ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْهَاشِمِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَوَضَّأْتَ فَانْتَضِحْ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Maslamah Al Yahmidi berkata, telah menceritakan kepada kami Salm bin Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hasyimi dari Abdurrahman Al A'raj dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila kamu berwudlu maka percikkanlah (air pada kemaluan)."





A.    Bagan Sanad
Jalur Semua Sanad

 
















 


B.     Takhrij Hadits
Takhrij merupakan suatu usaha mencari sanad hadits yang terdapat di dalam sebuah kitab hadits karya orang lain. Ini adalah usaha penyusun hadits untuk mencari derajat, sanad yang tidak diterangkan oleh pengarang suatu kitab.[2] Takhrij disini menitik beratkan pada ketersambungan sanad satu dengan yang lain agar bisa mengetahui apakah rawi pertama dan seterusnya saling bertemu dalam setiap jalur sanadnya untuk menghindari keadaan hadits yang maudu’.
Untuk menghindari dari kecacatan perawi yang bisa saja menjadikan hadits tersebut tergolong hadits (al-Muallaq, al Mu’dal, al-munqathi’, al-Mudallas, al-Mursal, al-Mursal Jali, al-MuRsal Khafi, al-Mu’an’an, al- Mu’annan.[3]
 Setelah di Takhrij dengan CD-ROM Mausu’ah dengan metode takhrij melalui  sebagian lafadz dari kata انتضح, kemudian hadits ini ditemukan pada dua kitab, yaitu:
1.      HR. Ibnu Majah No. 456 kitab Thaharah wa Sunnanuha

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ سَلَمَةَ الْيَحْمِدِيُّ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْهَاشِمِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَوَضَّأْتَ فَانْتَضِحْ[4]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Maslamah Al Yahmidi berkata, telah menceritakan kepada kami Salm bin Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hasyimi dari Abdurrahman Al A'raj dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila kamu berwudlu maka percikkanlah (air pada kemaluan)."[5]
2.      HR. At-Tirmizi No. 46 kitab Thaharah ‘an Rasulillah

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدِ اللَّهِ السَّلِيمِيُّ الْبَصْرِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو قُتَيْبَةَ سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ الْهَاشِمِيِّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ جَاءَنِي جِبْرِيلُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِذَا تَوَضَّأْتَ فَانْتَضِحْ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ قَالَ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يَقُولُ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍ الْهَاشِمِيُّ مُنْكَرُ الْحَدِيثِ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي الْحَكَمِ بْنِ سُفْيَانَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَزَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ و قَالَ بَعْضُهُمْ سُفْيَانُ بْنُ الْحَكَمِ أَوْ الْحَكَمُ بْنُ سُفْيَانَ وَاضْطَرَبُوا فِي هَذَا الْحَدِيثِ[6]
Artinya:
telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami dan Ahmad bin Abu Ubaidullah As Salimi Al Bashri keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Qutaibah Salam bin Qutaibah dari Al Hasan bin Ali Al Hasyimi dari Abdurrahman Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jibril telah datang kepadaku kemudian berkata; 'Wahai Muhammad, jika kamu berwudlu maka bersucilah terlebih dahulu.'" Abu Isa berkata; "Hadits ini gharib." Dan ia berkata lagi; Aku mendengar Muhammad berkata; "Al Hasan bin Ali Al Hasyimi adalah Munkarul hadits." Dan dalam bab ini ada juga hadits dari Abul Hakam bin Sufyan, Ibnu Abbas, Zaid bin Haritsah dan Abu Sa'id Al Khudri, sebagian yang lain mengatakan Sufyan bin Al Hakam, atau Al Hakam bin Sufyan, dan mereka idltirab (berbeda beda) dalam hadits ini.[7]

      Hadits yang akan di takhrij adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitabnya Sunan Ibnu Majah.
a.       Sisi Kuantitas Hadits
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah ini dikategorikan hadits ahad Masyhur. Bila ditinjau dari thabaqat-nya, hadits ahad tidak sampai mencapai mutawatir. Karena tidak sampainya jumlah rawi dalam setiap thabaqat, hadits ini tergolong hadits masyhur yang setiap thabaqat-nya tidak lebih dari tiga jalur. Hadits ini memiliki tiga jalur sanad yaitu  Husain bin Salamah, Nashar bin’Ali dan Ahmad. Hadits masyhur  berdasarkan popularitasnya terbagi menjadi beberapa hal yaitu: masyhur di kalangan ahli hadits, ulama, fuqaha, ulama ushul fiqih, ulama ahli bahasa, ahli pendidikan dan masyarakat umum.[8]
b.      Sisi Kualitas Sanad Hadits
Imam al-Suyuthi dalam kitabnya “ alfiyah” mengatakan bahwa
واللاكثرون قسموا هذا السنن إلى صحيح وضعيف وحسن
kebanyakan ulama membagi sunnah (hadits) ini menjadi shahih, dhaif, dan     hasan.”
            Pembagian ini akan ada dikategorikan apakah hadits tersebut maqbul (diterima) atau mardud (tertolak). Hadits-hadits tersebut  dikatakan  maqbul apabila terpenuhinya syarat-syarat untuk diterima yang disebut dengan hadits shahih, sedang kurang memenuhi  syarat-syarat  untuk diterima disebut hasan,  sedangkan mardud( tertolak) ialah hadits dhaif.[9]
Disini penulis akan mengidentifikasi apakah hadits tersebut memiliki kualitas shahih, hasan atau dhaif. Kita akan melihat kriteria hadits shahih yaitu: pertama, muttasil sanadnya. Kedua, rawi-rawinya adil. Ketiga, rawi-rawinya sempurna kedhabittanya. Keempat, tidak syadz(rancu). Kelima,tidak terdapat illat.[10]
Disini penulis akan memaparkan data singkat perawi yang meliputi informasi tentang kelahirannya, wafatnya, daerah kelahiran, guru-gurunya, murid-muridnya, dan lain sebagainya.[11] Dan juga, akan ada al-Jarh wa ā-Ta’dil yaitu seperti yang didefinisikan Muhammas ‘Ajjaj al-Khathib: al-Jarh
ظهور وصف في الراوي يفسد عدالته أو يخل بحفظه وضبطه مما يترتب عليه سقوط روايته أو ضعفها وردها
“Munculnya suatu sifat dalam diri perawi yang menodai sifat adilnya atau mencacatkan hafalan dan kekuatan ingatannya yang mengakibatkan gugur riwayatnya atau lemah atau bahkan tertolak riwayatnya”
Sedangkan at-ta’dil
وصف الراوي بصفات تزكية فتظهر عدالته ويقبل خبره
“Mensifati perawi dengan hal yang baik-baik, sehingga tampak jelas keadilannya dan karenanya riwayat yang disampaikan dapat diterima”[12]
      Jika disusun berdasarkan urutan periwayatnya, maka skema sanad hadits di atas adalah sebagai berikut:
No.
Nama Periwayat
Urutan sebagai periwayat
Urutan Sebagai Sanad
1.       
Abu Hurairah
Periwayat 1
Sanad 5
2.       
Abdurrahman Al-A’raj
Periwayat 2
Sanad 4
3.       
Hasan bin ‘Ali
Periwayat 3
Sanad 3
4.       
Salmu bin Qutaibah
Periwayat 4
Sanad 2
5.       
Husain bin Salamah
Periwayat 5
Sanad 1
6.       
Ibnu Majah
Periwayat 6
Mukharrij

1.       Ibnu Majah

a.       Nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah[13]
b.      Lahir: 209 H[14]
c.       Tahun Wafat: 273 H[15]
d.      Tempat Tinggal: Quzwain[16]
e.       Guru: Husain bin Salamah
f.       Murid:
g.      Jarh wa ta’dil: tsiqah[17]

2.       Husain bin Salamah

a.       Nama lengkap: Al-Husain bin Salamah bin Isma’il (Tabiut Tabi’in kalangan biasa)
b.      Tahun Wafat:
c.       Tempat Tinggal: Bashrah
d.      Guru: Abdurrahman bin Mahdi, Yusuf bin Ya’qub, Salm bin Qutaibah dan lain-lain.
e.       Murid: Imam a-Tirmidzi, Ibnu Majah.[18]
f.       Jarh wa ta’dil: komentar Ibnu Hajar al-‘Asqalani: Shaduq, komentar adz-Dzahabi: Tsiqah[19]

3.       Salm bin Qutaibah

a.       Nama lengkap: Salm bin Qutaibah (Tabiut-Tabi’in kalangan biasa)
b.      Kuniyah :Abu Qutaibah
c.       Tahun Wafat: 200 H
d.      Tempat Tinggal: Bashrah
e.       Guru: Ibrahim bin Abdurrahman bin Yazid, Hasan bin Ali bin Muhammad, Sahal ibnu Hazam dan lain-lain.
f.       Murid: al-Husain bin Salamah bin Isma’il, Ahmad bin Abi ‘Ubaidillah dan lain-lain.[20]
g.      Jarh wa ta’dil: komentar Yahya bin Ma’in: laisa bihi b’as[21], komentar : tsiqah[22]



4.       Hasan bin ‘Ali

a.       Nama lengkap: Al-Hasan bin ‘Ali bin Muhammad (Tabi’in yang tidak berjumpa shahabat)
b.      Tahun lahir: 145 H
c.       Tempat Tinggal: Madinah[23]
d.      Guru: Abdurrahman bin Hurmaz (Abu Daud)
e.       Murid: Salam bin Qutaibah[24]
f.       Jarh wa ta’dil: komentar al-Bukhari : Mungkarul Hadits, komentar an-Nasa’i: dhaif.[25]

5.       Abdurrahman AL-A’raj

a.       Nama lengkap: ِ Abdurrahman bin Hurmuz (Tabi’in kalangan pertengahan)
b.      Tahun Wafat: 117 H
c.       Tempat Tinggal: Madinah
d.      Guru: Harits bin Rabi’ah, Aisyah binti Abu Bakar, Abu Hurairah dan lain-lain.
e.       Murid:  Hasan bin ‘Ali bin Muhammad, Abdullah bin Hasan bin Hasan bin ‘Ali, Al-Fadhil bin Fadhil dan lain-lain.
f.       Jarh wa ta’dil: tsiqah[26]

6.       Abu Hurairah
a.       Nama lengkap: Abdurrahman bin Shakhar[27](Sahabat)
b.      Lahir: 21 sebelum hijriyah[28]
c.       Tahun Wafat: 58 H[29]
d.      Wafat di: aqiq[30]
e.       Tempat Tinggal: Makkah
f.       Guru: Rasulullah SAW
g.      Murid: Abu Ayyub, abu Ja’far, Abdurrahman bin Hurmuz dan lain-lain
h.      Jarh wa ta’dil: Huffaz, Tsiqah[31]

KESIMPULAN
            Takhrij hadits yang diriwayatkan oleh jalur Ibnu Majah ini termasuk kategori hadits Ahad yang Masyhur karena ditemukan terdapat 3 jalur yang tidak sampai derajat Mutawatir. Ada  6 perawi yang terdapat di Jalur Ibnu Majah. Diantara 6 perawi tersebut ada hubungan antara guru dan murid. Jadi dari sisi sanad jalur ini shahih. Akan tetapi, setelah diteliti terdapat perawi yang dhaif, yaitu Hasan bin ‘Ali. Melalui komentar Bukhari.


















DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shahih, Shubhi. 1997. ‘Ulum al-Hadits wa Musthalahuhu. Beirut: Dar al-“Ilmil Malayin
Rahman, Fatchur. 1970. Mushthalahu’l-Hadits. Bandung: PT Al-MAARIF
Hasan, Qadir. 2007. Ilmu Mushthalah Hadits. Bandung: Diponegoro 
CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif, Sunan Ibnu Majah. Bab Thaharah wa Sunnanuha
CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif, Jami’ al-Tarmidzi. Bab Thaharah’an Rasulillah
Lidwa Pustaka I-Software, Jami’ al-Tarmidzi. Bab Thaharah’an Rasulillah
Lidwa Pustaka I-Software, Sunan Ibnu Majah. Bab Thaharah wa Sunnanuha
Suryadilaga, Alfatih. 2010. Ulumul hadis. Yogyakarta: Teras
Al-Maliki, Muhammad Alawi. 2012. Ilmu Ushul hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suryadi. 2012. Metodologi Ilmu Rijalil Hadis. Yogyakarta: TH-Press
Al-Khatib, Muhammad ‘Ajjaj. 1975. Ushul al-Hadits ‘Ulumuha wa Musthalahuhu. Beirut: Dar al Fikr
Dosen Tafsir hadits Fakultas Uhuluddin UIN sunan Kalijaga. 2003. Studi Kitab hadis. Yogyakarta: Teras
Al-Razi, Ibnu Abi Hatim. al-Ta’dil wa al-Tajrih.
Ash-Shiddiqy. 1970. Ridjalul Hadits. Yogyakarta: Matahari Masa
            al-Suyuthi. 1994. Thabaqat al-Huffaz. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah
Ash-shalih, Subhi. 1997. Membahas Ilmu-Ilmu hadits. (terj. Tim Pustaka Firdaus). Jakarta: Pustaka Firdaus
Yahya, Abu Zakariya. 1979. Tarikh Ibnu Mu’in. Makkah: Markaz Bahtsu ‘Ilm
Muhammad, Abu Abdullah. 1408. Madinah: Maktabah al-‘Ulumu wa al-Hakim
Al-Mizzi, al-hafiz. 1994. Tazhib al-Kamil. Beirut: Dar al-Fikr





[1] Shubhi ash-Shahih, ‘Ulum al-Hadits wa Musthalahuhu, (Beirut: Dar al-“Ilmil Malayin, 1997), hlm. 146-147.
[2]Fatchur Rahman, Mushthalahu’l-Hadits,(Bandung:PT Al-MAARIF,1970) hlm. 18-19.  
[3] Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung: Diponegoro, 2007), hlm. 91-92.
[4] CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif, Sunan Ibnu Majah, bab Thaharah wa Sunnanuha, nomor 456.
[5] Lidwa Pustaka I-Software, Sunan Ibnu Majah, bab Thaharah wa Sunnanuha, nomor 456.

[6]  CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif, Jami’ al-Tarmidzi, bab Thaharah’an Rasulillah, nomor 46.
[7]  Lidwa Pustaka I-Software, Jami’ al-Tarmidzi, bab Thaharah’an Rasulillah, nomor 456.
[8] Alfatih suryadilaga, Ulumul hadis, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 229-230.
[9] Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul hadis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 50-51.  
[10] Al-Maliki, Ilmu Ushul hadis..., hlm. 52-53.
[11] Suryadi, Metodologi Ilmu Rijalil Hadis, (Yogyakarta:TH-Press, 2012). Hlm. 9.
[12] Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuha wa Musthalahuhu, (Beirut: Dar al Fikr, 1975), hlm. 260.
[13] Dosen Tafsir hadits Fakultas Uhuluddin UIN sunan Kalijaga, Studi Kitab hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm. 160.
[14] Dosen Tafsir Hadits, Studi Kitab Tafsir..., hlm. 160.
[15] Dosen Tafsir Hadits, Studi Kitab Tafsir..., hlm. 160.

[16] Al-Maliki, Ilmu Ushul hadis..., hlm. 284.
[17]  Al-Hafiz al-Mizzi, Tazhib al-Kamal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994, juz 1, hlm 11.
[18] CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif.
[19] Lidwa Pustaka I-Software, Sunan Ibnu Majah.
[20] CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif.
[21]  Abu Zakariya Yahya, Tarikh Ibnu Mu’in, (Makkah: Markaz Bahtsu ‘Ilm, 1979), hlm. 4.
[22] Lidwa Pustaka I-Software, Sunan Ibnu Majah.
[23] Abu Abdullah Muhammad, Ath-Thabaqat al-Kubra, (Madinah: Maktabah al-‘Ulumu wa al-Hakim, 1408). Hlm. 268.
[24] CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif
[25] Lidwa Pustaka I-Software, Sunan Ibnu Majah.
[26] Lidwa Pustaka I-Software, Sunan Ibnu Majah.
[27] Ibnu Abi Hatim al-Razi, al-Ta’dil wa al-Tajrih, juz 1, hlm. 334.
[28] Hasbi Ash-Shiddiqy, Ridjalul Hadits, (Yogyakarta: Matahari Masa, 1970), hlm. 9.  
[29] Jalal al-Din al-Suyuthi, Thabaqat al-Huffaz, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1994, hlm. 17.
[30] Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu hadits, (terj.)Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 315.
[31] al-Suyuthi, Thabaqat al-Huffaz, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1994), hlm 157.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meniadakan "Time and Space" dalam Keluarga Rakhmad

Dewasa ini banyak orang yang memiliki semangat dalam menjalankan ajaran agama. Terutama dalam keluarga Rakhmad yang benar-benar mengama...