Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Dalam setiap penjuru sudah menjadi barang pasti masing-masing memiliki kekhasannya dalam mengekspresikan hidupnya. Dalam bidang keagamaan tentu masyarakat berbeda dalam meresponnya sebagaimana yang kerap kali terlihat dari bagaimana mereka melakukan proses keagamaan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara masyarakat yang satu dengan lain hal ini karena berbedanya tanggapan yang diberikan masyarakat terhadap suatu proses keagamaan.
Term living hadis sudah dipopulerkan oleh tokoh seperti Barbara Metcalf dan Imam Malik. Namun dalam kalangan dosen Ilmu hadis pertama kali dicetus oleh Saifuddin Zuhri. Secara detail kemunculan term living hadis dapat dipetakan menjadi empat bagian. Pertama, pada masa rasulullah memang sudah ada living sunnah yang dilakukan oleh para sahabat namun istilah tersebut belum diverbalkan. Kedua, kajian hadis bertumpu pada teks baik sanad maupun matan kemudian dalam living hadis beralih ke praktek (konteks masyarakat). Sehingga praktek kemasyarakatan berasal dari teks. Ketiga, dalam kajian living hadis tidak terlalu memperhatikan adanya standar kualitas baik dalam sanad ataupun matan karena ia sudah melekat di kehidupan masyarakat. Keempat, membuat ranah baru dalam kajian hadis. Titik fokus kajian living hadis adalah pada suatu bentuk kajian atas praktek, tradisi, ritual, atau perilaku yang hidup dimasyarakat yang memiliki landasan hadis Nabi. Dari sini muncul berbagai bentuk perayaan berdasarkan hadis nabi dan mengakar dimasyarakat secara turun temurun.
Dalam kajian hadis terdapat kata resepsi. Resepsi berasal dari kata latin “recipere” yang berarti penerimaan atau penyambutan. resepsi merupakan aliran yang bertitik tolak kepada pembaca yang memberikan tanggapan terhadap teks. Dengan kata lain resepsi juga diartikan sebagai respon masyarakat terdapat hadirnya teks hadis nabi. Proses resepsi jika dikaitkan dengan living hadis tentu berbeda jauh praktek saat ini dengan masa lampau. Sehingga menimbulkan perbedaan antara resepsi sahabat dengan manusia masa kini. Dalam praktek tersebut kadang kala seorang informan (masyarakat) tidak bisa menyebutkan dalil dalam melaksanakan suatu praktek namun teks tersebut pernah di dengar. Untuk lebih baiknya dalam kajian living hadis harus memiliki teks yang dipegangi sebagai dugaan bahwa bersumber dari nabi.
Karena living hadis adalah bentuk resepsi maka perlu adanya kerangka teori dalam melihat perilaku manusia. Adapun pendekataan dalam kajian living hadis, 1. Fenomenologi. Menurut Edmund husserl phenomenon bermakna sesuatu yang tampak (terlihat) oleh mata. Peneliti mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka mengenai konsep atau fenomena. Adapun tujuan fenomenologi menurut Cresswell adalah mereduksi pengalaman-pengalaman individu pada sebuah fenomena menjadi sebuah deskripsi tentang esensi atau intisari universal. 2. Naratif Studies menurut Czarniazska bahwa riset naratif adalah tipe desain kualitatif yang spesifik yang narasinya dipahami sebagai teks yang dituturkan atau dituliskan dengan menceritakan tentang peristiwa atau aksi yang terhubung secara kronologis. Riset naratif dimulai dengan pengalaman-pengalaman yang diekspresikan dalam cerita dari individu. 3. Etnografi adalah penelitian mengenai kebudayaan suatu komunitas masyarakat. Peneliti mendeskripsikan dan menafsirkan pola-pola yang sama dari nilai-nilai, perilaku, keyakinan, dan bahasa dari sebuah kelompok. Ini merupakan sebuah cara untuk mempelajari sebuah kelompok. Etnografi membutuhkan pengamatan-pengamatan yang luas terhadap kelompok tertentu. Paling sering melalui pengamat partisipan. 4. Sosiologi pengetahuan merupakan teori social Berger dan Luckman. Dalam living hadis dipahami sebagai proses perwujudan hadis dalam kehidupan nyata baik secara sadar maupun tidak sadar. Proses ini merupakan dialektika antara individu dan realitas masyarakat bisa menjadi pijakan untuk melihat bagaimana seorang individu membentuk dan dibentuk oleh hadis sebagai fenomena sehari-hari.5. Sejarah sosial merujuk kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan perubahan sosial, perubahan tata nilai, agama dan tradisi kebudayaan yang ikut berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial.
Dapat disimpulkan bahwa living hadis merupakan suatu respon atau tanggapan yang diberikan oleh masyarakat melalui praktik keagamaan yang mereka lakukan dengan terikat oleh budaya dan adat istiadat setempat yang berkembangan di ruang lingkup kehidupan mereka.
Hayatun Thaibah
Mahasiswa Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Meniadakan "Time and Space" dalam Keluarga Rakhmad
Dewasa ini banyak orang yang memiliki semangat dalam menjalankan ajaran agama. Terutama dalam keluarga Rakhmad yang benar-benar mengama...
-
PENDAHULUAN Hadis merupakan sumber kedua setelah al Qur’an. pada masa nabi hadis belum ditulis dan dibukukan secara resmi. ...
-
AKHLAK DAN TASAWUF HADIST SEBAGAI SUMBER AKHLAK DAN TASAWUF Dosen Pengampuh: Dr. Syaifannur, M. Ag. Oleh : Fina fatmah Isna...
-
A. Pendahu lu an Ilmu rijal hadis merupakan ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang perawi hadis. Ulama-ulama terd...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar