Di era modern, pada masa krusial sejarah Islam, dimana masyarakat muslim berusaha untuk mendapatkan gambaran tentang masa lalu Islam agar mendapat petunjuk dan dukungan untuk masa depan. Namun, pada saat yang sama, sarjana non muslim juga berusaha menguji sejarah yang sama. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa mereka melihat Islam sebagai komunitas global yang dinamis. Dampak dari asumsi ini secara tidak langsung menafikan sejarah lokal yang berbeda-beda. Bahkan mereka lebih terfokus kepada ranah politik yang sering dikatakan oleh sejarah Islam.
Permerhati sejarah Richard Bulliet melalui karyanya The View from The Edge melihat hadis dalam perspektif sosial yang mana yang ia pelajari dari suatu komunitas masyarakat lokal “Jurjan” pada abad ke 2-3 Hijriyah. Masyarakat Jurjan bukan sepenuhnya non-Arab namun mereka tidak pernah mengalami sendiri dinamika dan emosi yang mengiringi masyarakat Mekkah dan Madinah. Mereka memiliki keyakinan dan budaya saat Islam datang pada ruang lingkup sosial mereka sendiri. Sehingga mereka mempelajari Islam setelah mereka masuk Islam dengan pemahaman mereka sendiri.
Masyarakat Jurjan adalah salah satu masyarakat yang hampir tidak disebutkan dalam sejarah Islam. Jurjan sama sekali tidak diperhitungkan dalam narasi sejarah Islam global. Hal ini dalam pandangan Bulliet bahwa adanya peberpihakan dalam perspektif sejarah sosial yang hanya menarasikan Islam dalam aspek pusat dan bahkan aspek politik yang berkembang dan meniadakan sejarah Islam dalam area masyarakat pinggiran ((Perepherial areas). Bulliet mencoba untuk mengulas otoritas hadis yang diperankan oleh tokoh lokal yang juga ikut mempengaruhi dinamika kesejarahan hadis. Pada kenyataannnya, masyarakat pinggiran juga memiliki kontribusi yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka membangun perspektif mereka terhadap kajian Hadis yang tidak secara langsung bersinggungan dengan daerah-daerah yang menjadi center dalam kajian Hadis
Adapun metode yang ditawarkan oleh Richart Bulliet berporos pada aspek empirikal dan invertigatif terhadap sumber manuskrip. Dalam memulai risetnya, Bulliet memulai invetigasi dari individu atau kelompok individu dari suatu komunitas kecil. Dengan ini, para peneliti akan melihat beragam dan level bahasa yang berbeda-beda. Ada tiga aspek yang Bulliet rumuskan yang berpengaruh dalam membentuk otoritas keulamaan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Bulliet menjelaskan dinamika transmisi hadis keluarga keturunan Arab (syariif sayyid) yakni keturnan Abu Bakr yang memberi pengaruh besar terhadap masyarakat Jurjan. Aspek pertama, keseriusan keluarga dalam mendidik anak dan keturunannya dalam belajar hadis terutama pada generasi laki-laki. Keseriusan ini akhirnya menjadikan kelaurga sebagai ulama hadis yang disegani oleh masyarakat Jurjan. Semua keturunannya adalah ulama hadis bahkan dari mereka memiliki khalaqah tersendiri dalam pengajian di Mesjid. Bulliet melihat ini merupakan disiplin keras dalam transmisi pengetahuan. Aspek kedua, pembelajaran menurut Bulliet bukan aspek satu-satunya yang membentuk keulamaan keluarga al-Isma’ili. Hal ini terbukti dengan adanya yang bernama Muhammad al-Jaulaki ulama yang kurang tersohor dan tidak memiliki cukup pengaruh. Yang membuat bertahan adalah karena kebesaran nama keluarga. Pada akhirnya faktor kekuasaan merupakan aspek yang tidak boleh diabaikan. Karena ia memiliki peranan penting dalam perkembangan sejarah. Aspek ketiga, faktor ekonomi (money). Mengenai pekerjaan masyarakat Jurjan mayoritas adalah pedagang, pekerja dan pengrajin. Mertua Abu Bakr adalah seorang pedangan sukses dan petani kaya raya yang profesional. Dapat disimpulkan pada era awal-awal transmisi hadis (sebelum masa tadwin kitab) pembelajaran hadis bersifat personal. Tetapi lebih pada peran penting keluarga. Sehingga membentuk keluarga. Peran mereka sebagai supporter dalam mendukung mazhab yang masyhur. Menurut perspektif sejarah sosial pinggiran, sejarah masyarakat Jurjan adalah bentuk representasi dari dinamika sosial masyarakat muslim lokal. Sebuah narasi sejarah yang sedang dihadapkan oleh kaum kosmopolit Sufi. Masyarakat Jurjan bicara dari sudut pandang pinggiran itu mengungkap tentang cerita kapan, bagaimana dan mengapa kelompok kecil bahkan ditakdirkan menjad bagian dari seluruh cerita kebesaran Islam. Cara pandang masyarakat pinggiran tidak melihat sudut pandang geografis dan ranah politik. Namun masyarakat pinggiran memulainya dari kapan atau dimanapun masyarakat secara dinamis berusaha menentukan dirinya untuk kemudian mendedikasikan dirinya terhadap Islam.
*Mahasiswi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga
Hayatun Thaibah semester VI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Meniadakan "Time and Space" dalam Keluarga Rakhmad
Dewasa ini banyak orang yang memiliki semangat dalam menjalankan ajaran agama. Terutama dalam keluarga Rakhmad yang benar-benar mengama...
-
PENDAHULUAN Hadis merupakan sumber kedua setelah al Qur’an. pada masa nabi hadis belum ditulis dan dibukukan secara resmi. ...
-
AKHLAK DAN TASAWUF HADIST SEBAGAI SUMBER AKHLAK DAN TASAWUF Dosen Pengampuh: Dr. Syaifannur, M. Ag. Oleh : Fina fatmah Isna...
-
A. Pendahu lu an Ilmu rijal hadis merupakan ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang perawi hadis. Ulama-ulama terd...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar