Kamis, 04 Oktober 2018

HADIS SEBAGAI SUMBER AKHLAK DAN TASAWUF


AKHLAK DAN TASAWUF
HADIST SEBAGAI SUMBER AKHLAK DAN TASAWUF
Dosen Pengampuh:
Dr. Syaifannur, M. Ag.
Description: G:\UIN Sunan Kalijaga.jpg
Oleh :
Fina fatmah
Isna fitrianingsih
Najiha Sabrina
Rike luluk khoiriah
Yeni angelia

JURUSAN ILMU HADIST
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA
2016
A.    Pendahuluan      
Al-Quran merupakan sumber utama dalam tasawuf, firman-firman Allah yang mengajarkan manusia untuk melakukan kebaikan dan melarang manusia untuk mendekati kemunkaran. Sedangkan sumber kedua dalam tasawuf adalah hadist nabi Muhammad saw., baik dari ucapan maupun perbuatan yang menerangkan ajaran-ajaran moral, kehidupan beragam manusia dan lingkungan yang telah dipraktekkan oleh Nabi SAW dalm kehidupan beliau atau rasul-rasul sebelum beliau, hanya saja ilmu tasawuf itu muncul setelah beliau wafat.
            Banyak hadist yang menceritakan tentang akhlak terpuji, yakni perbuatan nabi Muhammad saw. yang patut di contoh. Sayyidah  Aisyah semoga Allah meridoi beliau mengatakan, bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Quran. Maka dari itu, para sufi menjadikan perkataan dan perbuatan nabi itu sebagai sumber kedua.
            Dalam makalah ini, penulis akan membahas hadist-hadist yang berkenaan dengan akhlak terpuji dan akhlak tercela dalam perkataan maupun perbuatan Rasulullah.
A.    Pembahasan
Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam tasawuf sedangkan sumber yang kedua ialah hadis nabi saw., terutama Hadis Qudsi. Menurut Prof. Hamka, Hadis Qudsi yang dijadikan pegangan bagi para sufi adalah: pertama,  Hadis Qudsi yang berbunyi:
“Adalah Aku suatu pendeharaan yang tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa aku, maka Ku-jadikan makhluk-Ku, maka dengan Akulah mereka mengenal Aku.”
Kemudian, kaum sufi berkata bahwa hidup dan alam dipenuhi oleh rahasia-rahasia tersembunyi dan tertutup oleh dinding hawa nafsu manusia sendiri. Tetapi, dinding itu dapat terbuka apabila manusia mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menempuh jalan yang disyariatkan, jalan itu dinamakan dengan Tariqah.
Kedua, Hadis Qudsi dijadikan untuk menegakkan tariqah dalam upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub).
Nabi saw bersabda:
“Senantiasa hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan amal-amal nawafil, sehingga cintalah Aku padanya. Maka bila Aku telah cinta kepadanya, jadilah Aku mendengarkannya, yang dengan dia mereka melihat. Jadilah Aku lidahnya, yang dengan dia mereka berkata-kata, jadilah Aku tangannya, yang dengan dia mereka memukul. Jadilah Aku kakinya, yang dengan dia mereka berjalan. Dengan Aku mereka mendengar, dengan Aku mereka berakal, dengan Aku mereka memukul dan dengan Aku mereka berjalan..”
Hadis inilah yang menimbulkan zawq (rasa), wajd (kerinduan) dalam hati pengikut sufi sehingga terdapatlah fana’, artinya lenyap kedalam tuhan. Kesatuan Ma’bud dan A’bid (yang menghamba kepada yang diperhamba).
Ketiga, Hadis Qudsi yang berbunyi: “من عرف نفسه عرف ربه”, walaupun sanad hadis ini lemah, jika rasa yang terkandung didalamnya sesuai maka tidak ada masalah dalam pemakaiannya, dan para sufi tidak melepaskan hadis ini dengan alasan yang demikian.
Keempat, “Musuhmu yang paling besar adalah dirimu sendiri, yang ada dalam badanmu”. Bersandarkan pada hadis ini, para sufi bermujahadah batin, riyadah (latihan jiwa), muhasabah (menghitung-hitung lomba laba dan rugi hidup).
Kelima, hadis yang menjadi suluh hidup dan menjadi kebanggaan. Para sufi merasa bahagia serta berhusnudzon bahwa hadis itu ditujukan kepada mereka.
“Sesungguhnya di dalam hamba Allah yang sebanyak itu ada beberapa manusia, mereka bukan nabi-nabi dan bukan orang-orang syahid. Tetapi nabi-nabi dan syahid sendiri merasa kagum di hari kiamat melihat tempat mereka disisi Allah”......
Setelah itu nabi pernah membaca ayat,”Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada pula duka cita”. Mereka baik sangka bahwa hadis itu menuju padanya.
Kaum sufi dan penganjur kerohanian menyandarkan dalil pendiriannya pada al-Qur’an dan hadis nabi, perbuatan nabi dan pandangan hidup nabi serta praktik hidup dari sahabat-sahabat dan para ulama dalam Islam.[1]
            Berikut adalah ruang lingkup akhlak dalam tasawuf:
1.      Akhlak-Akhlak Terpuji
a)    Mencari ridha Allah:
عن ابي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من تعلم علما مما يبتغى به وجه الله عز وجل لا يتعلمه الا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها (اخرجه ابو داود).
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu dari sesuatu (yang seharusnya) untuk mencari ridha Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari harta benda, maka ia tidak mendapatkan bau surga besok hari kiamat.[2]
b)      Keutamaan ikhlas mencari ilmu:
عن ابي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من تعلم علما مما يبتغى به وجه الله عز وجل لا يتعلمه الا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها (اخرجه ابو داود).
Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang keluar dalam mencari ilmu, maka ia pada jalan Allah sehingga ia pulang. Abu isa berkata hadis ini hasan gharib dan sebagian mereka meriwayatkannya tetapi tidak di marfu’kan kepada Rasulullah SAW. (HR. At-Turmuzi)[3].
c)      Sabar
ان الصبر عند الصدمة الأولى(اخرجه البخاري عن انس)
Sabar (yang sebenarnya) itu adalah pada saat menghadapi cobaan yang pertama. (HR Bukhori dari Anas).[4]
d)   Taubat
التائب من الذنب كما لا ذنب له, و اذا أحب الله عبدا  لم يضره ذنب (اخرجه ابن ماجه, عن ابن مسعود)
Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang tidak berdosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba, niscaya dosa tidak melekat pada dirinya. (HR. Ibnu Majah, dari Ibnu Mas’ud)[5]
e)      Zuhud
اذا رايتم الرجل قد اتى زهدا في الدنيا و منطقا فاقتربوا منه فانه يلقن الحكمةز (اخرجه ابونعيم البيهقي عن ابي خلاد)
Apabila kamu sekalian melihat seseorang yang telah dianugerahi zuhud berkenaan dengan dunia dan ucapan, maka dekatilah ia, karena ia di bimbing oleh hikmah. (HR. Abu Khallad dan di-takhrij oleh Abu Nu’aim dan Baihaqi).[6]
f)       Qanaah
القناعة كنز لا ينفىز(اخرجه الطبرانيز عن جابر)                                     
Qanaah ( menerima pemberian Allah) adalah harta yang tidak pernah sirna (HR. Thabrani, dari jabir).[7]
g)      Tawakkal
باالسند المتصل الى الشىخ الجلىل ثقة الاسلام محمد بن يعقوب عن عدة من اصحابنا عن احمد بن محمد بن خالد عن غير واحد عن علي بن اسباط عن احمد بن عمر الحلال عن علي بن سويد عن ابي الحسان الاول (ع) قال : سالته عن قوله عز وجل : "ومن يتوكل على الله فهو حسبه" فقال : التوكل على الله درجات منها ان تتوكل على الله فى امورك كلها فما فعل بك كنت عنه راضياو تعلم انه لا ياءلوك خيرا و فضلا و تعلم ان الحكم فى ذالك لهو فتوكل على الله بتفويض ذالك اليه و ثق به فيها و في غيرها.                                  
Dengan sanad yang bersambung kepada Syaikh Muhammad Ibn Ya’qub (Al-Kulaini) dari sekelompok guru-guru kami, dari Ahmad ibn Muhammad ibn Khalid, dari beberapa perawi, dari’Ali ibn Asasbath, dari Ahmad Ibn Umar Al-Hallal, diriwwayatkan bahwa Ali Ibnu Suwaid berkata, “Aku bertanya kepada Abu Al Hasan Al Awwal (Imamm Musa Al-Kazhim ) tentang firman Allah SWT, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupinya (QS. Al-Thalaq (65): 3). Imam berkata, tawakkal kepada Allah memiliki beberapa tingkat. Salah satunya adalah engkau bertawakkal kepada-Nya dalam segala urusanmu dan apapun yang dilakukan-Nya kepadamu engkau meridhainya, engkau mengetahui bahwa Dia tidak akan pernah berhenti memberikan kebaikan dan nikmat-Nya kepadamu dan engkau menyadari bahwa segala hukum atau perintah dalam semua itu adalah milik-Nya. Maka, bertakwalah kepada Allah, dengan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, percayalah kepada-Nya dalam semua itu, dan hal lainnya[8].
h)      Syukur
بالسند المتصل الى حجة الفرقة و امامهم محمد بن يعقوب الكليني كرم الله وجههو عن حميد بن زيادو عن الحسن بن محمد بن سماعة عن وهيب بن حفصو عن ابى بصير, عن ابى جعفر عليه السلام قال : "كان رسول الله صلى الله عليه واله عند عاءشة ليلتها فقالت : يا رسول الله لمَ تُتْعبْ نفسَكو وقد غَفر اللهُ لك ما تَقَدَّم من ذنبك و ما تَاءخّر؟ فقال : يا عاءشة الا اكونُ عبدا شكورا؟ قال : وكان رسول الله صلى الله عليه واله يَقومُ على اطراف اصابع رجليه فانزل الله سبحانه و تعالى : طهز ما انزلنا اليك القرانَ لتشقى                     
Melalui sanadku yang bersambung sampai ke hujjah dan imam madzhab (syiah) Ibnu Ya’qub Al Kulaini (karrama Allahwajhahu)dari Humaid Ibnu Ziyad, dari Al Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Sama’ah, dari Wahaib Ibnu Hafsh, dari Abu Bashir, dari Abu Ja’far a.s. yang bersabda, ”Suatu malam Rasulullah SAW bersama dengan Aisyah. Aisyah berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau bersusah diri padahal Allah telah mengampuni dosamu yang dahulu maupun yang kemudian?” Nabi SAW menjawab, “Wahai Aisyah, tak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?” Imam a.s. menambahkan, “Rasulullah SAW biasa berdiri di ujung jari kakinya (jika sholat di malam hari), lalu Allah SWT menurunkan ayat: Thaa Haa. Kami tidak menurunkan AlQur’an atasmu untuk menyebabkan kesulitan.”[9]   
2.      Akhlak-akhlak tercela
a)      Dengki
ايّاكم والحسد, فانّ الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النّار الحطب.(اخرجه ابو داود)                  
Jauhilah hasad (dengki), karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. (H.R.  Abu Daud)[10]
b) Ujub
عن انس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لو لم تكونوا تُذْنبون خَشيتُ عليكم اكثر من ذالك العجُب
Dari Anas (bin Malik) ra berkata, telah bersabda Rasulullah Saw, “Seandainya kalian tidak mengerjakan dosa, aku khawatir kepada kalian yang lebih banyak dari hal itu yaitu ‘ujub.” (HR. Al-Uqaily, Ibnu ‘Adiy, dan al-Qudlo’iy. Berkata as-syaikh al albani: Hasan. Lihat shahih al jami’ ash shaghir: 5303 dan silsilah al hadis as shahihah: 658)[11] 
c) Mengikuti hawa nafsu
الكيّس من دان نفسه و و عمل لما بعد الموتو والعاجز من اتبع نفسه هواها وتمني على الله (رواه الترمذى) 
Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengevaluasi dirinya, dan berbuat untuk persiapan kematian. Dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya danmenginginkan pahala dari Allah. (HR At Turmudzi)[12]
d) Riya’
و عن محمود بن لبيد رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم انّ اخْوَفَ ما اخاف عليكم
الشركُ الأصغار : الرّياءُ (اخرجه احمد بسند حسن)              
Dari Mahmud bin labid RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil, yaitu riya.” (HR Ahmad dengan sanad hasan)[13]
e) Tamak
روي الترمذيّ عن كعب بن مالك الأنصاريّ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ماذئبان جائعان أرسلا في غنم بأفسد لها من حرص المرء علي المال و الشراف لدينه
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Malik al-Anshari radhiaallhu anhu, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agama.” (HR. al-Tirmidzi, beliau berkata: Hadits hasan shahih)[14]
f) Sum’ah
حديث جندب قال: قال النبي ص.م.: من سمع سمع الله به, و من يرائ يرائ
الله به. (اخرجه البخاري في: (81) كتاب الرقاق (36) باب الرياء و السمعة)                                                              
Diriwiyatkan dari Jundab, ia berkata, Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang mendengarkan (amalnya) maka Allah pun akan mendengarkannya, dan barang siapa yang memperlihatkan (amalnya) maka Allah pun akan memperlihatnnya.” (Disebutkan oleh al-Bukhari pada kitab ke-81 Kitab Kelembutan Hati, bab ke-36 Bab Riya’ dan Sum’ah)[15]
g) Takabbur
عن قتاد وزاد فيه وإن الله أوحى إليّ أن تواضعوا حتى يفخر أحد على أحد ولا يبغي أحد على احد (رواه مسلم)
Diriwayatkan dari Qatadah dan menambah didalamnya,”Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya supaya kalian bertawadhu’ hingga idak ada seorangpun yang menganiaya orang lain dan tidak ada seorangpun yang menyombongkan diri atas orang lain.” (HR. Muslim)  [16]
h)      Cinta dunia
حدّثنا محمود بن غيلان, حدّثنا وكيع, حدّثنا سفيان, عن الأعمش, عن شمْر بن عَطيّةو عن المغيرة بن سعد بن الأحزامو عن ابيهو عن عبد الله بن مسعودو قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم: لا تتّخذُ الضّيْعَةَ فترغبوا فى الدّنيا
Mahmud bin Ghailan  menceritaka kepada kami, Waki’ menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Al A’masy, dari Syimr Bin ‘Athiyyah, dari Al Mughirah bin Sa’ad bin Al Akhram, dari bapaknya, dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian sibuk dengan kebun, karena akan menyebabkan kalian senang (cinta) kepada dunia.” (Shahih: Ash Shahihah (12))[17]
C. Kesimpulan
Hadist merupakan sumber kedua dalam tasawuf, ini dibuktikan banyaknya hadist-hadist nabi yang mengajarkan umatnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, untuk mencintaiNya dengan mengerjakan kebaiakan dan menjauhi laranganNya. Diantara amalan yang mendekatkan itu ialah :
·         Sabar
·         Zuhud
·         Tawakkal
·         Ikhlas
·         Ridho
·         Syukur
·         Taubat
·         Qona’ah

Sedangkan amalan yang menjauhkan ialah:

·         Hasad
·         Tamak
·         Riya’
·         Takabbur
·         Cinta dunia
·         Sum’ah
·         Mengikuti hawa nafsu
·         ujub

Demikian hadis-hadis Rasul sebagai bukti-bukti yang menguatkan keterangan bahwa tasawuf tumbuh dan berkembang sebelum dan sesudah masa Rasulullah.
Daftar Pustaka

Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad. Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim, terj. Arif Rahman Hakim. Solo: Insan Kamil, 2010.
Al Asqalany, Ibnu Hajar. Bulughul Marram, terj. Khalifaturrahman dan Haer Haeruddin. Depok: Gema Insani, 2013.
Al Khomeini, Ayatullah Ruhullah Almusawi. 40 Hadis: Telaah Atas Hadis-Hadis Mistis, terj. Musa Kazhim. Bandung: Mizan Media Utama, 2004.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Shahih Sunan Tirmidzi, terj. Fachrurrazi. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2011.
http://mimbarhadits.wordpress.com/2014/04/03.
Yusuf Nur, Edi.  Menggali Tasawuf Yang Hakiki. Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga, 2014.



[1] Edi Yusuf Nur, Menggali Tasawuf Yang Hakiki, (Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga: 2014) hal. 49-53
[2] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), hal. 188
[3] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis Pendidikan, hal 194
[4] Imam Al-Qusyairi An-Naisabury. Risalah Qusyairiyah, terj. Ummar Faruq, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal. 257.
[5] Imam Al-Qusyairi An-Naisabury. Risalah Qusyairiyah, terj. Ummar Faruq, hal. 115
[6] Imam Al-Qusyairi An-Naisabury. Risalah Qusyairiyah, terj. Ummar Faruq, hal.153
[7] Imam Al-Qusyairi An-Naisabury. Risalah Qusyairiyah, terj. Ummar Faruq, hal. 220
[8] Al-Musawi Al-Khoemini, 40 hadis:Telaah Atas hadis-Hadis Mistik Dan Akhlak, ter. Musa Kazhim, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), hal. 254
[9] Al-Musawi Al-Khoemini, 40 hadis:Telaah Atas hadis-Hadis Mistik Dan Akhlak, ter. Musa Kazhim, hal. 404
[10]Ibnu Hajar al-asqalani. Bulughul Maram, ter. Khalifaturrahman dan Haer Haeruddin, hal. 659
[13]Ibnu Hajar al-asqalani. Bulughul Maram, ter. Khalifaturrahman dan Haer Haeruddin, hal. 660
[14] http://mimbarhadis.wordpres.com/2014/04/28, diakses pada 18 oktober 2016
[15] Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, Kumpulan Hadist Shahih Bukhari-Muslim, terj. Arif Rahman Hakim, hal. 930.
[17] Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan Tirmidzi : Seleksi Hadis Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hlm 820-821.

3 komentar:

Meniadakan "Time and Space" dalam Keluarga Rakhmad

Dewasa ini banyak orang yang memiliki semangat dalam menjalankan ajaran agama. Terutama dalam keluarga Rakhmad yang benar-benar mengama...